Jangan G.RKa Film Dokumenter Perubahan Iklim produksi SMA Firdaus meraih Juara 2 se-Provinsi Bali

Ponpes Firdaus Juara 2

Merespons laju perubahan iklim yang semakin mengkhawatirkan, Religion for Peace (RfP) Indonesia menyelenggarakan lomba film dokumenter berdurasi lima menit untuk peserta pelajar SMA/SMK/MTs di seluruh Bali.

“Beberapa karya sudah menunjukkan kesadaran bahwa karya film dokumenter membutuhkan argumentasi untuk mengukuhkan semua material dalam bentuk rekaman gambar maupun suara guna menghadirkan sebuah karya yang inspiratif,” ujar Tony Trimarsanto selaku Ketua Dewan Juri saat pengumuman hasil lomba, Sabtu (18/11/2023) di Kampus Unud Sudirman.

Lomba tersebut mendapat sambutan cukup hangat dari para pelajar di seluruh Bali. Tak kurang dari 25 sekolah mengirimkan karyanya untuk turut berkompetisi.

Dewan Juri yang terdiri dari Tonny Trimarsanto, I Gede Mantrayasa, dan Agung Bawantara menetapkan: Film Dewata Bercerita karya Bintang Mandiri Scholl sebagai Juara 1.

Disusul oleh film Jangan G.Rka karya SMA Firdaus Jembrana dan film Satu Pohon Sejuta Harapan karya SMK TI Bali Global Singaraja masing-masing sebagai Juara 2 dan Juara 3. Kemudian Film Bali Merajut Iklim karya SMKN 1 Denpasar sebagai Juara Harapan dan Film After Sunrise karya SMAN 2 Singaraja sebagai Juara Favorit.

Menurut catatan Dewan Juri, yang menggembirakan, dari karya-karya yang masuk, terlihat bahwa kemampuan para peserta untuk mempertemukan kearifan dan pengetahuan lokal sebagai satu lorong jalan untuk mengurai persoalan lingkungan dan pemanasan global.

Mereka kemudian membaca persoalan lingkungan dan perubahan iklim dengan aspek kontekstualitasnya yang kuat. Kedekatan ruang menjadikan mereka dapat melihat dan merasakan bahwa persoalan tersebut penting untuk dibahas dan diurai dengan jelajah yang lebih otentik. Bukti-bukti tentang persoalan tersebut coba dijahit dengan ragam pendekatan yang ada dalam disiplin dokumenter.

Tonny mengatakan bahwa sebagai sebuah karya yang dibuat oleh siswa tentu setiap karya tersebut memerlukan gerakan dengan daya tahan tinggi untuk menayangkannya secara berkesinambungan di ruang-ruang pemutaran yang memungkinkan merengkuh sebanyak mungkin kalangan muda.

Film-film tersebut akan menjadi sangat efektif untuk menyampaikan pesan-pesan lingkungan dan religiusitas jika sebarkan dengan pola diseminasi yang mengarah pada penonton anak- anak muda.

Di sisi lain, Tonny memberi catatan untuk perbaikan ke depan, bahwa kurangnya pengetahuan mengenai bentuk-bentuk story telling perlu mendapat perhatian serius agar menjadi perbaikan bagi para peserta yang telah terlibat dalam lomba ini, sekaligus menjadi rujukan bagi calon peserta pada kompetisi serupa di masa-masa mendatang.

Perlu digarisbawahi, bahwa para peserta dalam kompetisi ini sebagian besar condong pada bentuk investigasi jurnalistik. Hal itu dapat dimaklumi karena cara bertutur seperti itulah yang paling mudah untuk dikerjakan dalam waktu pengerjaan yang singkat.

Sementara itu, Elga sarapung, ketua panitia yang mewahanai lomba film dokumenter ini, mengatakan bahwa acara Dialog Publik dan Lomba Film Dokumenter ini diselenggarakan dengan tujuan memperkuat jaringan kerjasama diantara pemerintah, para pemimpin agama. Pemimpin adat, lingkungan pendidikan, masyarakat sipil dan media untuk melakukan aksi konkrit bersama.

Lomba itu sendiri diselenggarakan dengan dukungan Asian Conference of Religions and Peace (ACRP), Fakultas Pariwisata Universitas Udayana, Gita Santih Nusantara (GSN) dan Gedong Gandhi Ashram (GGA).

Film Dokumenter

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *